cinta tak terpisahkan–bromo adventure

BERANI KENTHIR dan KREATIF

Jaran KepankRuang Kerja KS SD N Kemurang Wetan 0114 Mei 2014

BERBURU TUYUL : Apakah saya harus mencari binatang bercapit bernama yuyu kemburan (kepiting sungai), menaruhnya ke dalam baskom, dan memasang pengilon (cermin), agar bisa menangkap makhluk plontos sebagaimana penampakan sosok misterius pada CCTV di ruangan saya !, sehingga barang-barang saya bisa raib tanpa bekas.  

Sehingga suatu hari, Taswa Oye tampak memencet-mencet ipad samsung tab 7 milik temannya. “Halo … haloo, kantor polisi? | Iya benar di sini Polsek Tanjung. Ada yang bisa dibantu | Lapor paak. Ada pencurian tas dg isinya, ini paraah pak … | Oh ya? di mana posisi tepatnya? Kami segera meluncur .. | Di berita TV pak. Cepat paak, keburu iklaan | #braakkk!!!! | *thuuutt thuutt thuuttt*

Peran Serta Masyarakat SD N Kemurang Wetan 01 Untuk Pembangunan Gedung Lantai 2

“Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlaq dan iman” ( Mulyasana, 2011: 120 ) sehingga pemerintah menentukan pedoman penyusunan standart pelayanan minimal penyelenggaraan sekolah bidang pendidikan dasar dan menengah yang dituangkan dalam Standar pelayanan Minimal ( SPM ) dan Standar Nasional Pendidikan ( SNP ).

SD N Kemurang Wetan 01 masih belum bisa memenuhi StandarPelayanan Minimal (SPM) dengan rasio jumlah siswa dan ruang kelas serta luas sekolah. Kenyataan ini menimbulkan permasalahan dalam penyelenggraan proses belajar mengajar sekolah. Untuk itu diperlukan solusi pemecahan masalah dari sekolah dan pemerintah, sebagaimana pendapat Indarjo (2003:3) ” bahwa permasalahan pendidikan yang muncul serta belum terpecahkan dapat bersumber dari peran serta masyarakat dalam pendidikan yang masih kurang dan terabaikan oleh penyelenggara pendidikan”.

3. Sumber Dana Pendidikan

Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau masayarakat. Pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, keluarga dan masyarakat. Orang tua dan masyarakat mempunyai tanggungjawab bersama untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Dana pendidikan diperoleh dari tiga sumber, antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat. “ Dalam pembahasan pembiayaan pendidikan sumber-sumber biaya itu dibedakan dalam tiap golongan yaitu peemerintah, masyarakat, orangtua dan sumber lainnya “ ( Nanang Fatah, 2006: 48).

Sumber dana dari masyarakat adalah biaya yang diperoleh dari masyarakat melalui iuran komite sekolah. Bantuan komite sekolah dibebankan kepada anak yang masih mengikuti pelajaran di sekolah yang ditetapkan besarnya setiap siswa yang digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan sekolah.

Dengan berlakunya otonomi daerah yang akan berdampak pada otonomi pendidikan maka peran masyarakat dalam berpartisipasi dalam pengelolaan dan pembiayaan pendidikan. Peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan baik dalam pengelolaan maupun pembiayaan harus disadari adanya kesadaran bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang sehingga memotivasi masyarakat untuk memberikan bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Permasalahan tersebut mendorong penulis untuk lebih mengkaji proses partisipasi masayarakat dalam pembangunan di SD N Kemurang Wetan 01 Kecamatan Tanjung yang dipergunakan untuk kegiatan kesiswaan , peningkatan sarana dan prasarana, dan pengetahuan guru.

 4. Rapat Orang Tua Siswa

Rapat Orang Tua siswa

SD N Kemurang Wetan 01 pada 25 April 2012 mengadakan musyawarah bersama orangtua siswa untuk membahas program sekolah. Salah satu program sekolah adalah membahas permasalahan efektifitas pembelajaran di kelas dengan tempat duduk siswa yang selalu berdesakkan.

Pada awal tahun pelajaran 2012/2013 dilaksanakan rapat orang tua siswa pada 3 Oktober 2012 untuk membahas laporan perkembangan sumbangan sukarela yang sudah diterima oleh sekolah kepada komite sekolah dan orang tua siswa. Kesepakatan dalam rapat ini adalah untuk percepatan pembangunan maka sumbangan sukarela dari orang tua diwujudkan untuk pembuatan lantai dua, sedangkan ruangan dan perabotnya sekolah akan mengajukan permohonan pembangunan ruang kelas baru. Hal ini dimaksudkan agar sumbangan sukarela yang diberikan tidak selama lima kali dalam lima tahun, maka dibutuhkan kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa.

Jumlah dana yang sudah masuk disimpan dalam rekening sekolah dan tiap akhir tahun diadakan evaluasi jumlah dana yang masuk di tiap kelas. Berdasarkan kesepakatan sekolah dan pengurus komite, sekolah tidak memberikan sanksi bagi siswa yang belum memberikan sumbangan sukarela. Misalnya dalam pembagian rapot, dengan menahan rapot bagi siswa yang belum memberikan sumbangan sukarela. Dengan cara seperti ini ternyata membuat kesadaran orang tua dalam memberikan sumbangan sukarela meningkat.

Untuk memberikan kepercayaan kepada masyarakat yang telah memberikan sumbangan sukarela maka sekolah segera membentuk panitia pembangunan.

5. Penyusunan Panitia Pembangunan

Pantia Pembangunan Sekolah ( P2S ) ditentukan bersama dalam rapat antara guru dan orang tua siswa.

Rapat Panitia Pembangunan Sekolah SDN Kemurang Wetan 01

Panitia yang dibentuk tersebut terdiri dari unsur guru, komite dan otang tua siswa, dengan susunan panitia sebagai berikut :

Penangungjawab               :SUGIYONO,S.Pd., M.Pd.

Ketua                                    :DAAN,S.Pd

Sekretaris                          :TRIYONO

Bendahara                         :M.AGUS JAFAR

Anggota                            : GONO SUWITO,S.Pd.

TARBAN NUR

M. AMIN

6. Pembangunan Lantai Dua

Proposal penambahan ruang kelas baru melalui dana APBD II ternyata mendapatkan tanggapan dari pemerintah daerah kabupaten Brebes. SD N Kemurang Wetan 01 mendapatkan penambahan ruang kelas di lantai dua dengan jumlah dana Rp 70.000,00. Panitia pembangunan sekolah segera mengadakan musyawarah untuk segera memulai pembangunan lantai dua yang bersumber dari sumbangan sukarela masyarakat. Pelaksana pembangunan langsung dilaksanakan oleh orang tua siswa, hal ini disebabkan karena dana yang dipergunakan untuk pembuatan lantai dua berasal dari orang tua siswa.

Proses pembangunan ruang kelas baru bersumber dana APBD II dengan lantai dasarnya sudah hampir selesai, ternyata proposal perpustakaan dengan perabotnya mendapatkan persetujuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes. Jumlah dana yang akan diterima sebesar Rp 112.300.000, 00 berupa bangunan dan perabotnya. Maka sekolah segera mengadakan rapat orang tua siswa dan Komite Sekolah pada 30 September 2013, karena dana sumbangan sukarela yang sudah dipergunakan untuk pembuatan lantai dua ruang kelas baru beserta tangga pengaman.

Hasil musyawarah orang tua yang dipimpin oleh Komite sekolah bahwa sekolah sudah mampu menyelesaikan pembangunan lantai dua untuk ruang kelas baru,dan pembangunan ruang perpustakaan sudah mendapatkan persetujuan, maka orang tua akan memberikan kepercayaan kepada sekolah untuk memberikan sumbangan sukarela tahap ketiga agar pembangunan ruang perpustakaan agar dapat segera dilaksanakan. Komite Sekolah memberikan keringan kepada orang tua siswa dalam memberikan sumbangan sampai bulan Juni 2014.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat dan bukti pembangunan yang dilaksanakan oleh sekolah, maka sumbangan sukarela tahap ketiga pun dapat berjalan dengan lancar. Sumbangan sukarela tahap ketiga dapat mencapai Rp 28.760.000. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh partisipasi masyarakat.

7. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Peran serta masyarakat melalui sumbangan sukarela di SD N Kemurang Wetan 01 dilaporkan ke masayarakat dan pengurus komite sekolah dalam rapat orang tua siswa pada 17 April 2014.

Dalam laporan keuangan ini masih ada kekurangan dana pembangunan lantai dua sebesar Rp 4. 320.000.Kekurangan dana pembangunan tersebut disebabkan karena sumbangan yang diberikan masih berjalan karena berdasarkan kesepakatan rapat pada 30 September 2013 sumbangan diberikan sampai bulan Juni 2014.

Akhirnya SD N Kemurang Wetan 01 mampu menambah ruang kelas baru dan ruang perpustakaan di lantai dua lengkap dengan tangga dan pagar pengaman dengan menggunakan peran serta masyarakat dalam pendidikan.

Gedung Lama

Pembangunan Ruang Kelas Baru

SD N KEMURANG WETAN 01 TANJUNG BREBES

 8. Simpulan

  1. Permasalahan sarana prasarana sekolah yang belum tercukupi dan tidak bisa dibiayai oleh pemerintah diperlukan musyawarah bersama antara orang tua , komite sekolah, guru untuk mencari solusi bersama dengan menggunakan sumbangan sukarela dari masyarakat dengan teknis yang diatur dalam hasil musyawarah.
  2. Dalam proses pembangunan sekolah terutama yang bersumber dari dana sumbangan sukarela masyarakat perlu dibentuk panitia pembanguan yang melibatkan unsur orang tua, masyarakat dan guru sehingga akan tercipta kepercayaan dari masyarakat terhadap sekolah.
  3. Semakin besarnya sumbangan dana masyarakat dapat meningkatkan investasi pembangunan gedung, penyediaan sarana prasarana, peningkatan kegiatan siswa seperti, lomba akademik dan non akademik untuk peningkatan mutu pendidikan.

9.  Saran

 

  1. Sumbangan sukarela yang diberikan oleh orang tua siswa hendaknya tidak bersifat mengikat tetapi sukarela sehingga masyarakat kurang mampu masih bisa mendapatkan layanan pendidikan di sekolah.
  2. Orang tua siswa dengan hendaknya berpartisipasi aktif dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
  3. Pemerintah memberikan perhatian khusus untuk memenuhi sarana prasarana sekolah bagi sekolah yang belum mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal ( SPM )

    10. DAFTAR PUSTAKA

     Indardjo., Sihombing, Umberto. 2003. Pembiayaan Pendidikan. Yogjakarta: UPP AMP YKPN

    Kurniady, Dedy A. 2011. Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Kab Bandung. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1 April 2011

    Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Rosda Karya

    Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Nanang Fattah. 2004. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya.

    Supriadi, Dedi. 2010 . Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Rosdakarya

 

Gambar

Bersama kita bisa di SD N Kemurang Wetan 01 Tanjung

Bersama kita bisa di SD N Kemurang Wetan 01 Tanjung

Bersama Kepala Sekolah se UPTD Pendidikan Kec Tanjung, dan album prestasi siswa

NGUDA RASA

bapak simbok

bapak simbok , aku arep ngudo rasa

tulung lewat impen apa cara liya

aku dikandani lan diajari

carane supaya urip becik ora adigung adiguna

tansah tentrem anyem keluarga rukun karo tangga

merga wektu iki akeh ontran ontran

urip sing nggilani marekna puyeng sirah

wong pada ngomong adu sora lan pinter

tapi lakune urip pada keblinger. 

 

aku esih kemutan jaman semana

dilawani rempah sega thiwul wadahi tampah

mangan brayan lawuh uyah karo gereh

anak sanga, pawitane bapak jelas ora cukup

kok anak anake bisa sekolahuga duwe pangkat

kluarga ora tau congkrah la piye carane?

jelas nurut ilmu ekonomi kluarga kita mesti kaliren

tapi kok anakke pada waras pada bregas ora nggik ngiken

 

menawane panganan kang tak pangan

udu hasil apus2an marang negara apa liyan

iki sing marahi dewe kuwat najan urip kesrakat

parcaya Gusti kang murbeng dumadi paring rakhmat.

 

bapak simbok aku pamit bali nang papan makarya

pikiranku sing mumet pyar dadi padang

urip pancen kudu cekelan waton

kaya pangandikanmu mbok,..cengkir kencenging pikir

Video

Pagelaran Ketoprak Ratu Ayu Kencono Ungu

Perayaan HUT Brebes ke 336 tahun 2014 oleh Sanggar Seni Dwijo Sekar Tanjung Kab Brebes

Episode Ratu Ayu Kencana Ungu ( Pagelaran Ketoprak dalam rangka HUT Brebes Tahun 2014 )

Gambar

Hiburan dari Master Sulap Pak Tarno yang asli Brebes dan grup orkes mengawali pergelaran ketoprak Overa Van Brebes yang berjudul Ratu Ayu Kencono Ungu yang digelar tepat di  alun –alun Brebes Sabtu (18/01/2014) malam.

Ketoprak sebagai media hiburan ini hadir dengan tetap menularkan nilai-nilai sejarah dalam setiap fragmen, kearifan lokal dan sindiran kebudayaan yang kental.

Pergelaran ketoprak tersebut digelar untuk menyemarakkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-336 Brebes Menariknya, seluruh pemain ketoprak diperankan oleh guru- guru dari UPTD Pendidikan Kec. Tanjung yang tergabung dalam Sanggar Seni Dwijo Sekar Tanjung. Mereka terdiri dari Pengawas TK/SD, Kepala Sekolah, Guru PNS dan Non PNS. Saya pun dapat kesempatan untuk memerankan tokoh Joko Umbaran, pemuda desa yang ingin mengabdikan dirinya kepada kerajaan , sementara itu Kepala SMP N 1 Tanjung, Hj.Mulyaningsih,menjadi tokoh utama yaitu Ratu Kencono Ungu. Sementara pemain ketoprak lainnya yakni  Kepala sekolah lainnya dan Guru baik PNS maupun GTT di lingkungan UPTD Pendidikan Kec Tanjung.

Tingkah laku para pemain sontak mengundang gelak tawa para penonton yang memadati lokasi panggung. Guyonan, dan tingkah laku para pemain mampu mengocok perut para penonton. Apalagi, pagelaran ketoprak ini disutradarai oleh Ki dalang Tarto, yang merupakan Kepala SMP 5 Satu Atap Tanjung.

“Jarang-jarang ada hiburan semacam ini. Apalagi, pemainnya adalah guru-guru semua. Saya senang karena tak dipungut biaya,” kata Pak Waud seorang penonton dari Brebes.

Alur cerita ketoprak tersebut di sebuah Kerajaan Majapahit. Di kerajaan tersebut tengah terjadi ontran-ontran yang dilakukan Kebo Marcuet (Tukidio).  Para abdi Kebo Marcuet yaitu Angkat Buto ( Aziz Moslem ) dan Angkut Buto ( Joko Ramono ) ingin membuat kekacauan dan mengganggu roda pemerintahan di Kerajaan Majapahit. Ratu Kencono Wungu pun turun tangan mengadakan sayembara untuk menumpas Kebo Marcuet.

Kebo Marcuet pun dikalahkan oleh Joko Umbaran, yang kemudian dinobatkan sebagai Bupati Blambangan, yaitu Minak Jinggo ( Tarto ) yang kemudian menjadi raja yang serakah. Akhirnya,muncul tokoh Damarwulan ( Untung Warsito ) yang dapat mengalahkan Minak Jinggo dengan dipukul menggunakan Godo Wesi Kuning dan Pedang Suko Nyono yang merupakan senjata pribadi Minakjinggo sendiri yang digunakan untuk memenggal kepala kepala Minak Jinggo. “Manusia tidak boleh sombong congkak jika menjadi seorang pemimpin.  Harus ngayomi adil dan bijaksana. Tak boleh suudzon, ini pesan yang disampaikan kepada masyarakat,” jelas Kidalang Tarto.

Menurut Kepala UPTD Pendidikan Kec. Tanjung Drs. Tusdi, M.Pd.,yang juga memerankan tokoh Eyang Bagawan Mustikamaya, mengatakan bahwa  ketoprak yang dipersembahkan oleh sanggar seni Dwijo Sekar Tanjung ini digelar sebagai hiburan gratis masyarakat saat HUT Brebes. Selain itu, pihaknya ingin agar masyarakat menjaga atau nguri-uri kebudayaan Jawa seperti kesenian ketoprak.

Sementara itu saya pun mengaku belum pernah bermain ketoprak, sehingga sedikit mengalami kendala saat pentas di atas panggung. Kendati sebelum pentas selalu rutin melakukan latihan selama 14 hari, bahkan dalam setiap latihan peran saya selalu dalam keadaan disiksa oleh  musuh musuh yang diperankan oleh Guru- guru GTT,  namun  saya ternyata dapat langsung bisa beradaptasi dengan alur cerita ketoprak tersebut. Saya mengaku senang dapat berpartisipasi bermain ketoprak bersama guru guru lainnya yang tergabung dalam sanggar seni.“Saya baru ini bermain ketoprak. Enggak ada latihan yang lama, hanya membaca sinopsis alur cerita sebentar saja,”

Diakhir cerita, kebanggaan dan sambutan serta ucapan terimakasih pun disampaikan oleh Bupati Brebes, Idza Prihanti, SE dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, Dr. Tahroni, M.Pd.

Minak Jinggo Gandrung

Wisuda Magister dan Doktoral di Kampus Konservasi Unnes

Sungguh untuk menggeser tali wisuda dari kiri ke kanan hanya sesaat, namun sebenarnya proses sesungguhnya memerlukan waktu yg cukup lama, biaya yang tidak sedikit, dan usaha yang luar biasa…

Selasa, 8 Oktober 2013, salam konservasi !

Rombongan anggota senat Unnes masuk ruang auditorium kampus konservasi. Para anggota senat ini adalah rektor, dekan, pejabat rektorat dan dekanat, dosen-dosen mahaguru, pokoknya orang sakti di bidangnya. Mereka masuk diiringi gending Jawa dancucuk lampah dengan tongkat kebesarannya. Ya ampun, para senat ini benar-benar seperti dewa. Rasanya mereka itu agung sekali. Toga mereka memang hitam, tapi hiasannya lebih menonjol dan ‘cetar membahana’. Kesannya… ya seperti dewa itu tadi.

Upacara dibuka dengan gending Jawa lengkap dengan sinden dan wiyaganya. Orkestra kampus pun menghibur setiap jeda upacara, terutama lagu Bukak Sitik Joss dengan segala aransemennya. Setelah itu, rektor mewisuda para wisudawan dengan diikuti prosesi pemindahan tali toga dari kiri ke kanan yang dikenakan oleh wisudawan universitas. Saat nilai IPK wisudawan-wisudwan diumumkan, semua sontak bertepuk tangan: 4,00, fantastis !

Kegiatan berakhir dengan Perayaan dan pelepasan magister dan doktoral yang dilaksanakan di Hotel Patrajasa oleh Direktur PPS.

“….Nduk, Nang ! besok kamu harus bisa menjadikan nama orang tuamu didengar dan wajah orang tuamu dilihat  satu kampus…” !

Teman seperjuangan dalam kuliah

Bambang Ekalaya

Dua anak panah tepat mengenai seekor kijang buruan. Dua orang ksatria mengklaim bahwa merekalah yang berhak atas kijang yang sudah tergolek mati itu. Keduanya tidak ada yang mau mengalah. Hingga akhirnya keduanya bersepakat untuk bertanding memanah. Siapa yang unggul, dialah yang berhak mendapatkan kijang buruan itu. Dua orang ksatria tampan itu adalah Arjuna dan Bambang Ekalaya.

Ekalaya, bukan nama yang familiar tentunya. Tapi dialah satu-satunya orang yang bisa mengalahkan Arjuna, lelaki pilihan para Dewa dalam adu panah. Ekalaya, nama ini bahkan tidak terdaftar, baik sebagai penduduk Astina maupun Amarta, ia hanya wayang oposan. Ekalaya adalah seorang pangeran dari kaum Nisada. Kaum ini adalah kaum yang paling rendah yaitu kaum pemburu.

Dalam sebuah perburuan kijang di sebuah hutan, panah Ekalaya tiba-tiba datang dari antah berantah dan merontokkan panah Arjuna. Arjuna sangat geram atas peristiwa itu. Kemudian ditantangnya Ekalaya untuk beradu cepat bermain panah. Tanpa diduga Arjuna yang ditahbiskan oleh langit dan bumi sebagai ahli panah, busur panah yang dilepaskannya selalu berhasil dirontokkan oleh anak panah Ekalaya. Geram dan rasa malu melingkupi hati Arjuna. Hingga dia bertanya pada Ekalaya, dari mana dia belajar ketrampilan memanah?

Dengan lantang, Ekalaya menjawab dia belajar dari Mahaguru Durna sama seperti Arjuna. Arjuna seperti disambar geledek disiang bolong. Terngiang di telinganya sumpah Durna yang hanya akan mengangkat murid dari kalangan Pandawa dan Kurawa saja. Durna tidak akan mengangkat murid dari selain Pandawa dan Kurawa.

Arjuna yang dirasuki perasaan cemburu langsung melabrak ke Sokalima, padepokan Durna. Dengan disertai caci maki, dia menghujat Durna yang dinilai Arjuna telah melanggar sumpahnya sendiri. Arjuna juga mengatakan Durna telah berlaku nista dengan mengajarkan ilmu memanah rahasia kepada orang lain selain Pandawa dan Kurawa.

Durna tentu saja kaget dengan penuturan Arjuna tersebut. Lebih kaget lagi dia mendengar penuturan Arjuna bahwa ada orang yang sanggup menandingi ketrampilan memanah Arjuna. Dan orang itu mengaku sebagai muridnya.

Diiringi seribu perasaan tak menentu, Durna meminta Arjuna untuk mengantarkannya ke tempat Ekalaya ditemui. Ekalaya yang saat itu sedang asyik menguliti kijang hasil panahannya, langsung bersimpuh begitu melihat Mahaguru Durna mendatanginya.

Selama ribuan hari dia menunggu Durna untuk datang sendiri mengajarkan panah kepadanya. Teringat dalam benak Ekalaya, saat dia datang menghadap ke Sokalima untuk berguru. Durna menampiknya karena telah terikat sumpah dengan Pandawa dan Kurawa. Meski begitu dia tidak pernah sakit hati. Justru hal itu menjadi pemicu semangatnya untuk meluluhkan hati Sang Mahaguru agar bisa membimbingnya memanah.

Dibuatnya patung Sang Mahaguru di padepokannya. Setiap pagi dan sore hari di bersihkannya patung itu dari debu. Jika hujan atau panas terik, patung itu diteduhkan dengan menggunakan payung. Sementara di samping patung Durna itu, Ekalaya belajar memanah. Setiap hari, sepanjang bulan, hingga bertahun-tahun, hingga akhirnya bisa menguasai aji Danurwenda (ajian ini bekerja seperti halnya roket, mau busurnya dilepaskan ke arah mana saja pada akhirnya akan melesat lurus ke arah sasaran, ajian ini juga banyak digunakan juru pancing ikan). Ketika Durna datang dan bertanya siapa gurunya, Ekalaya langsung menjawab lantang Durnalah guru yang selama ini membimbingnya belajar memanah.

Ekalaya menunjukkan patung sang Mahaguru yang menemaninya berlatih memanah selama ini. Durna terkesiap atas keteguhan dan kejujuran hati Ekalaya. Tak pernah dinyana, orang yang pernah ditampiknya dengan semena-mena, masih mengagungkan dirinya. Tapi Durna telah terikat janji. Dan janji seorang begawan tak mungkin lagi dibalik. Selain itu dibakar oleh api cemburu dari Arjuna yang tidak menginginkan ada orang lain yang menandinginya, Durna akhirnya berbuat nista. Akan menerima Ekalaya sebagai muridnya, asalkan Ekalaya memotong ibu jarinya dan diserahkan kepada Durna.

Tanpa banyak pikir, Ekalaya langsung memotong ibu jarinya. Diberikan kepada Durna sebagai tanda bakti seorang murid kepada gurunya, meskipun dia tahu akan akibat dari pengorbanannya tersebut, ia akan kehilangan kemampuan dalam ilmu memanah. Jempol itu kemudian diberikan pada Arjuna. Sehingga konon jumlah jari di tangan kanan Arjuna ada enam, karena ada dua jempol disana. Satu milik Bambang Ekalaya.

Kasus keserakahan Arjuna yang tidak mau direndahkan selesai. Bambang Ekalaya disuruh pulang oleh mahaguru Durna. Tahun demi tahun berganti. Ketika para pendawa telah menetap di Indrapasta, Bambang Ekalaya ingin memberi persembahan kepada mahaguru Durna, sekaligus untuk memberitahukan bahwa Bambang Ekalaya kini telah menikah dan menjadi seorang raja. Bambang Ekalaya kemudian mengirim Dewi Anggraeni, istrinya, dikawal beberapa punggawa untuk membawa persembahan ini. Dalam perjalanan mereka diserang oleh sekelompok raksasa yang membunuh seluruh punggawa. Istri Bambang Ekalaya berhasil melarikan diri tapi para raksasa terus mengejar.

Saat itulah Dewi Anggraeni melihat seorang ksatria sedang bertapa di gua yang tak lain adalah Arjuna. Istri Bambang Ekalaya segera masuk ke dalam gua tempat Arjuna bertapa agar selamat dari kejaran para raksasa. Di sisi lain tapa Arjuna jadi terganggu, dan hiruk pikuknya kejadian membuatnya terbangun dari tapanya. Demi kemudian dilihatnya ada seorang putri cantik dikejar-kejar oleh raksasa, Arjuna segera mengambil busur dan panahnya dan dalam sekejap tumpaslah gerombolan raksasa itu. Setelah selesai menumpas para raksasa, Arjuna yang lama bertapa dan merasa garing, menjadi tertarik kepada Dewi Anggraeni, istri Bambang Ekalaya yang cantik.

Arjunapun lupa tata krama karena birahinya telah memuncak walaupun telah dijelaskan siapa sang putri itu sebenarnya. Dewi Anggraeni menolak, lalu melarikan diri, kali ini dari kejaran syahwat Arjuna. Arjuna mengejar sang putri ke pinggir tebing dimana sang putri memilih melompat, Arjuna menjadi terkejut melihat hal ini dan menyesali tindakannya.

Untungnya, ibu sang putri yang merupakan seorang dewi kemudian turun dari kahyangan untuk menolong putrinya. Istri Bambang Ekalayapun dibawa kembali ke hadapan Bambang Ekalaya oleh sang ibu. Saat ditanya apa yang telah terjadi, dijelaskan bahwa Arjuna telah lupa tata krama dan berusaha mendekati istrinya, Bambang Ekalaya menjadi marah dan bertekad untuk membunuh Arjuna.

Nglurug sampai di Indrapasta, Bambang Ekalaya segera menantang Arjuna untuk bertarung. Saat itu, Sri Kresna sedang bertamu di Indrapasta dan begitu mendengar tantangan tersebut dirinya segera sadar bahwa Arjuna akan pralaya (tewas apes akibat kesalahannya sendiri) jika bertarung melawan Bambang Ekalaya. Sementara sebagai raja yang adil dan bijaksana, Yudistira menolak untuk melibatkan kerajaan Indrapasta kedalam masalah ini, dan menyuruh Arjuna untuk mengatasi masalahnya sendiri dengan tidak menyeret-nyeret nama Indrapasta dan juga para Pandawa.

Mau tidak mau Arjuna yang juga sadar atas kesalahannya menerima tantangan Bambang Ekalaya. Pertarungan hebatpun lalu terjadi, dan terbukti Bambang Ekalaya masih cekatan walaupun dia tidak memiliki kedua jempolnya.

Berkali-kali Bambang Ekalaya terjatuh mati terkena serangan Arjuna, tapi dia tidak bisa mati karena Bambang Ekalaya memilik cincin pusaka Ampal di jari yang melindunginya dari segala marabahaya. Dan pusaka Ampal juga punya kesaktian bisa membunuh musuhnya jika ditamparkan dari jauh.

Begitulah saat Bambang Ekalaya menggunakan ajian Ampal, Arjuna pun segera terjatuh dari kudanya tak bernyawa. Sri Kresna segera memunculkan diri untuk mengambil jenasah Arjuna dan membawanya kembali.

Setelah itu Sri Kresna mengeluarkan Aji Wijayakusuma untuk menghidupkan Arjuna kembali. Arjuna yang dihidupkan kembali menyesal, sebagai seorang yang memiliki darah ksatria sebenarnya dia lebih memilih mati karena telah mencoreng nama Pandawa. Tetapi Sri Kresna menjelaskan bahwa keberadaan Arjuna sangat diperlukan Pandawa dimasa depan saat terjadi perang Bharatayuda.

Dasar machiavelis, disinilah lalu muncul kembali akal politiknya Arjuna yang kotor. Arjuna lalu berkata bahwa dia enggan hidup selama Bambang Ekalaya masih ada.

Sri Kresna kemudian menjelaskan tentang kesaktian cincin Ampal yang dimiliki Bambang Ekalaya. Tak cuma itu, bahkan oleh Sri Kresna disusunlah rencana untuk mengalahkan Bambang Ekalaya dan membunuhnya.

Suatu malam, Sri Kresna dan Arjuna menggunakan aji Halimunan untuk menyelinap ke perkemahan Bambang Ekalaya, dan dengan Aji Sirep Sri Kresna, sontak para punggawa jadi tepar dengan sukses tertidur nyenyak dibuatnya.

Saat itu Bambang Ekalaya masih belum tidur karena sedang bersemedi di hadapan patung Durna yang selalu dibawanya kemana saja. Mengetahui yang demikian, Sri Kresna kemudian menyamar menjadi Durna, lalu melalui patung tersebut berkata bahwa Bambang Ekalaya telah bersalah karena telah membunuh murid kesayangannya Arjuna.

Sri Kresna yang menyusup di patung Durna kemudian meminta cincin wasiat yang telah membunuh Arjuna untuk diletakkan di pangkuannya. Bambang Ekalaya yang gembira karena mendegar suara gurunya segera mematuhi perintah Durna dan meletakkan cincin pusaka itu di pangkuannya. Setelah dilepas, Arjuna segera mengambil pisau berburu Bambang Ekalaya yang kemudian ditusukkan kepada empunya sendiri sehingga terlihat bahwa Bambang Ekalaya telah mati bunuh diri.

Usai itu Sri Kresna dan Arjuna lalu meninggalkan perkemahan Bambang Ekalaya. Dari situ arwah Bambang Ekalaya menuntut balas kepada Resi Durna yang dikira telah membunuhnya. Dalam perang Bharatayuda kutuk dendam Ekalaya menjadi kenyataan. Arwahnya menyatu dalam tubuh Arya Drestajumena satria Pancala, yang memenggal putus kepala Resi Durna hingga menemui ajalnya! Selesai….

Pesan moralnya cari sendiri…..jangan suka nyembah berhala…..dan klo pengin jadi ksatria ga usah cluthak keik si Arjun biar kaga apes jadinya…

Pesan moral lainnya…..ati-ati klo punya urusan sama Arjuna…..dia bisa main kekuasaan sampe ngelobi para dewa bwt menangin perkaranya..

>>>Oleh GusBlerro<<<<<

Bambang ekalaya

Ramadhan Airways

Selamat datang ke Pesawat Ramadhan A dengan No. Penerbangan 1434 H menuju Ke ‘Aidil Fitri. 
Sesuai dengan peraturan Al-Qur’an kami ingin menyampaikan informasi penting untuk semua penumpang. Kita akan terbang dalam jangka masa 30 hari diatas permukaan dahaga dan kelaparan, silahkan pakai tali pinggang Puasa, tegakan sandaran Shalat, tutupkan meja Dosa didepan anda dan buka penutup jendela dengan Amal dan Taqwa. 
Pesawat ini mempunyai 3 pintu darurat, pintu pahala ada didepan anda, pintu keampunan ada ditengah dan pintu kebajikan ada dibelakang anda.
Atas sebab2 keselamatan diharapkan anda tidak mengaktifkan segala jenis hubungan propaganda dan segala rasa iri hati didalamnya, penerbangan ini dilarang timbul asa perselisihan. 

Selamat menikmati penerbangan anda, kami mengucapkan mohon maaf dzahir dan bathin.

*buat sesepuh2, sahabat2 yang masih setia hingga kehari ini maafkan jika kami ada salah & hilaf.. Selamat menyambut Ramadhan yg Agung..

Gambar